Konflik
Myanmar menyita perhatian dunia internasional akhir-akhir ini.
Penindasan yang dialami Muslim Rohingya membuka mata atas sejarah mereka
sebagai etnis Myanmar yang tidak diakui. Mereka dianggap penduduk
illegal dan disinyalir berhubungan dengan jaringan alqaeda. Dan
kemungkinan etnis rohingya hendak mendirikan Negara berdasarkan syariat
Islam. Kasus ini hampir serupa dengan Gerakan Aceh Merdeka di Indonesia.Ada sekitar 137 etnis disana termasuk
beberapa etnis islam lainnya seperti Islam china, Islam India dan
mereka diakui serta hidup berdampingan . etnis Islam Rohingya tidak
mendapat pengakuan dari Negara Myanmar, hal ini diperkirakan karena
etnis Rohingya memiliki latar belakang yang berbeda sehingga mereka
menjadi etnis terpinggirkan yang hidup di perbatasan Myanmar dan
Banglaesh .
Konon ada 2 etnis yang ditindas di Myanmar tetapi
hanya etnis Islam rohingya yang mendapat simpati dari Indonesia.
seolah-olah masyarakat Indonesia hanya bersolidaritas terhadap yang
seiman. Bahkan akibat solidaritas ke-seimanan yang tinggi hingga ada
isu-isu mereka hendak ditampung di Indonesia. Sungguh hal ini akan
menguntungkan Negara lain, pemerintah Indonesia mengurus konflik –
konflik antar sesama warga Negara saja belum berjalan oftimal tetapi
malah berhembus isu hendak menampung warga Negara yang tidak jelas.
Apabila itu demi kemanusiaan patut diberi apresiasi namun sayangnya hal
demikian timbul karena solidaritas yang seiman.
Jumlah
korban pembantaian Islam Rohingya tampaknya dilebih-lebihkan ,menurut
“seorang jurnalis Muslim Rohingnya mengatakan, sekira 4.000 warga Muslim
Rohingya dilaporkan tewas dibantai” (www.ambonekspres.com pada
1/8/2012). Sedangkan menurut berita di okezone Kerusuhan yang pecah pada
Juni lalu di Rakhine, menyebabkan sekira 78 orang tewas. Insiden ini
juga menyebabkan puluhan ribu warga menyelamatkan diri, karena rumah
mereka terbakar. 4.000 berbanding dengan 78 , dengan demikian media
sudah ikut menjadi provokator .
Pembantaian
etnis Rohingya tampaknya sudah merambah menjadi konflik dalam negeri
(Negara Indonesia red), hal ini terbukti dengan adanya pernyataan Tim
Pengacara Muslim (TPM) Aceh yang meminta Pemerintah Aceh untuk menutup
sementara Vihara Budha di Banda Aceh, sampai umat Budha di Myanmar
memberikan kedamaian dan jaminan hak asasi bagi Muslim Rohingya di
Myanmar.
“Penutupan
Vihara Budha ini perlu dilakukan untuk memberikan tekanan kepada umat
Budha di Aceh dan Indonesia agar mereka ikut mendesak para bhiksu di
Myanmar untuk melindungi warga muslim di sana,” kata Ketua TPM Aceh,
Safaruddin SH, kepada Serambinews.com, di Banda Aceh, Senin (30/7/2012)
seperti dilansir dari situs www.atjehcyber.net .
Terkait
hal ini, Yuswar yang menjabat Ketua Yayasan Vihara Dharma Bhakti dan
Ketua Dewan Pengawas Yayasan Buddha Banda Aceh menyatakan, pihaknya akan
segera menyurati pimpinan Walubi di Indonesia, untuk menyatakan
penyesalan mendalam terhadap tragedi kemanusiaan di Myanmar.
Kekawatiran
bagi umat Budha tampak sudah muncul , hal ini terbukti Himpunan
Mahasiswa Buddhis Indonesia (HikmaBudhi) dan Komisi Untuk Orang Hilang
dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyatakan kekhawatirannya bahwa
tindakan kekerasan kepada komunitas beragama Muslim, Rohingya, di
Myanmar akan menimbulkan sentimen agama di Indonesia.
Koordinator
KontraS Haris Azhar mengatakan meskipun tindakan pemerintah Myanmar
kepada suku Rohingya tidak berkaitan dengan masalah agama, tetapi ia
khawatir tindakan tersebut akan berimbas pada hubungan yang tidak baik
antara kelompok muslim dan Budha di Indonesia. “Saya berharap masyarakat
muslim di Indonesia menyikapi masalah yang terjadi di Myanmar secara
baik,” ujarnya pada Rabu (1/8) di kantor KontraS. “Kami tidak berharap
responnya menjadi liar di sini, komunitas Budha yang minoritas menjadi
bulan-bulanan. Kami berharap pemerintah tidak lambat tapi segera
mengambil inisiatif untuk merespon secara kenegaraan lewat mekanisme
ASEAN atau lewat mekanisme bilateral diplomatis ke Myanmar,” tambah
Haris. Seperti dilansir dari situs voaindonesia.com.
Sangat
disayangkan jika kasus pembantaian Islam Rohingya bisa memperkeruh
hubungan Budha – Islam di Indonesia. Semoga hal ini tidak menjadi
ancaman bagi umat budha di Indonesia.